Senin, Oktober 27, 2014

Apa yang Dimaksud dengan Pengadilan Terakhir?

Pengadilan terakhir adalah ungkapan kristiani untuk hari kiamat. Kita juga mengenal bahasa teologis lain, seperti kedatangan Yesus yang kedua, akhir dunia, kebangkitan orang mati, surga dan neraka, tegaknya Kerajaan Allah, awal zaman Mesias, dan sebagainya. Realitas ini ditandai oleh kehadiran Kristus dalam kemuliaannya.


Kitab Wahyu melukiskan "pengadilan terakhir" dengan perkataan yang indah dan memberikan ketenteraman, "Ia akan menyeka segala air mata mereka. Kematian tidak akan ada lagi; kesedihan, tangisan, atau kesakitan pun tidak ada pula. Hal-hal yang lama sudah lenyap. Lalu Dia yang duduk di atas takhta itu berkata, "Sekarang Aku membuat semuanya baru!" Ia berkata juga kepada saya, "Tulislah ini, sebab perkataan-perkataan ini benar dan dapat dipercayai" (Why. 21:4-5).

Lalu, kapan akan berlangsung Pengadilan Terakhir? Hanya Allah Bapa yang tahu. Menurut Kitab Suci, peristiwa ini ditandai dengan kembali dalam kemuliaan. Jadi, lewat Sang Putra Yesus Kristus, Allah Bapa akan menyampaikan kata-kata akhir dari seluruh sejarah kehidupan manusia.

Pengadilan terakhir datang dalam wujud bagaimana cinta Tuhan lebih kuat daripada kematian; ketika keadilan Tuhan menang atas ketidak-adilan. Jadi, 'kebangkitan orang mati' adalah harapan untuk kita yang masih hidup sekarang ini. Sikap pesimis dan keputus-asaan jauh dari gambaran kita mengenai surga dan bumi yang baru (bdk. 2Ptr 3:13).

Sebuah harapan dalam iman kristiani itu jangan dipahami sebagai sebuah optimisme yang tidak mengandaikan tanggung jawab. Justru orang yang memiliki pengharapan sesungguhnya adalah orang yang siap untuk mengemban tanggung jawab. Hidup di bumi ini menjadi ukuran apakah dia memang memiliki pengharapan atau hanya sekedar optimisme yang naif. "Rencana itu ialah supaya segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala. Dan, hal itu akan diselesaikan oleh Allah kalau sudah sampai waktunya" (Ef. 1:10).

Minggu, September 28, 2014

Katekese Liturgi: Sakramen Tobat

Apa saja yang perlu dipersiapkan secara pribadi sebelum menerima Sakramen Tobat?

Kita perlu secara pribadi mempersiapkan diri mengaku dengan baik dan benar, sebelum menuju 'ruang pengakuan dosa'. Langkah-langkah yang perlu kita persiapkan:

Pertama, kita memiliki niat yang baik untuk kembali kepada Allah seperti si anak yang hilang (Lukas 15:17-19)

Kedua, kita mengakui dosa-dosa dengan penuh rasa penyesalan di hadapan wakil Allah, yaitu Imam. (bdk. Yohanes 20:23)

Ketiga, kita berkemauan keras menghindari dosa tersebut di kemudian hari dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

Untuk melakukan hal-hal ini, lamgkah yang penting adalah pemeriksaan batin, yaitu: menyadari akan tingkat beratnya dan jumlah/frekuensi dosa kita, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan.

Reconciliation


Menyadari bahwa karena dosa kita, hubungan baik dengan Allah dan Gereja menjadi rusak, menjauh dari perlindungan Allah yang sangat mencintai kita, dan kita menderita sengsara karena terpisah dari cinta Allah. 
Dalam pemeriksaan batin, kita perlu:
  • Berdoa kepada Roh Kudus mohon penerangan dan ketulusan hati.
  • Membaca teks Kitab Suci untuk membantu kita merenungkan akibat dosa, besarnya kasih Tuhan dan kesediaanNya untuk  mengampuni kita. Beberapa ayat yang dapat dibaca untuk membantu pemeriksaan batin, antara lain: Matius 5: 19-48, Matius 7: 1-6, dan Lukas 15: 3-32.
  • Memeriksa diri pribadi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai tugas, kewajiban, pelayanan yang telah dilakukan terhadap Tuhan, sesama, dan diri sendiri.